Bumi Pertiwi Merindukan Anak Bangsa

Liputan dan Berita Editorial
Bumi Pertiwi Merindukan Anak Bangsa

Gemajustisia.com - Usia Republik ini telah menapak usia tua. 75 tahun hidup dalam kemerdekaan. Sumber Daya Manusia (SDM) juga meningkat seiring perkembangan teknologi di era globalisasi. Kecerdasan, kualitas pendidikan rakyat kian maju dan berkembang, namun hari ke hari gagasan dari anak bangsa di negeri ini terkesan kian mundur. Baik bagi pelajar maupun para mahasiswa, mereka masih belum mampu untuk berkompetisi secara fair play.

Sudah saatnya di tanah beradat dan berbudaya ini sebagai orang timur menunjukkan gagasan dan inovasi  yang bisa kita banggakan untuk negara ini. Soekarno pernah berkata "jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu tetapi tanyalah apa yang telah kamu berikan pada negara". Seiring waktu yang terus berputar, hari terus berganti, Indonesia kebanggaanku, tanah tumpah darahku. Ribuan bahkan jutaan nyawa anak bangsamu berkorban untuk kemerdekaanmu.

75 tahun pun berlalu. Kekejaman penjajahan koloni kala itu, namun lebih kejam tanahmu dijajah oleh anak bangsamu sendiri. Sikap kurang terpuji yang sedang dipertontonkan para elit dan anak bangsamu telah menembus titik nadirnya. Mulai dari pusat sampai kepelosok daerah terkesan begitu ganas para predator menggerogotimu tanah Pertiwi. Secara kasat mata, bila diamati Proses demi proses yang diperankan pelaku politik yang lebih mengedepankan kepentingan kelompok dan individual telah meluluhlantakkan budaya budaya ketimuran itu.

Kondisi ini telah membias dan membungkus helat demokrasi di sejumlah daerah, para elit tak lagi mengedepankan konsep-konsep yang akan diemban, melainkan telah mengganggap rival yang harus diperangi dengan segala cara. Begitu juga peran peran yang dilakoni para pelajar dan mahasiswa terkesan dibutakan, krisis moral tak lagi mengutamakan silaturrahim, meski demokrasi itu mengharuskan kita untuk berbeda beda pilhan.

Pantaskah kita rusak silaturrahim oleh hal-hal seperti ini ,terlebih lagi dunia tengah diselimuti wabah yang membuat begitu banyak nyawa melayang; di muka bumi ini yang tidak mengenal batasan tempat dan orang-orangnya. Ini amat tergantung bagaimana kita bersama dalam menyikapi hal itu sendiri. Sudah saatnya kita memantaskan diri untuk mengutamakan silaturrahim, kekerabatan,dan  persaudaraan.

Satu hal yang cukup memiriskan ketika kita sebagai anak bangsa saat ini ikut memporak porandakan segalanya, termasuk hubungan sesama manusia di tanah beradat dan berbudaya ini. Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita, menjadikan sebuah renungan serta introspeksi diri bersama, bahwa kita adalah satu anak bangsa Indonesia. Kita harus terus berjiwa patriotisme dan memiliki integritas dalam mempertahankan bangsa dan negara. Agar perjuangan pahlawan yang terdahulu tidak sia sia dan tidak hanya jadi cerita.


Oleh: Wilyan Gusthof

0 Comments

Leave a Reply